Cara Efektif Membaca Jurnal Kedokteran

Photo by rawpixel on Unsplash

Menulis itu berat bagi kita para praktisi kedokteran karena perlu didukung berbagai data penelitian dan pengalaman di lapangan. Namun apakah membaca saja lantas merupakan hal yang mudah?

Tentu tidak…

Menurut Drus et al dan Davidoff et al, jumlah jurnal mencapai lebih dari 390 ribu artikel dan dokter harus membaca minimal 17 per harinya selama 360 hari setiap tahunnya agar terus update. Fantastis…
Gimana ya cara bacanya?

Skimming? Baca kilat?

Tidak semudah itu..

Semua ada metodenya. Tentu teknik skimming atau baca kilat atau speed-reading tidak bisa serta merta diterapkan di dunia medis. Pondasi ilmu kedokteran perlu pemahaman mendalam dari berbagai aspek, sehingga teknik-teknik membaca di atas tidak pada tempatnya. Yang dokter tangani itu manusia, bukan sekedar seonggok daging dengan multipel algoritma tanpa jiwa.

Mari kita mulai. Berikut adalah tips untuk membaca dan memahami jurnal ilmiah kedokteran.

Pertama, kita harus tahu ada 2 tipe artikel, primary article seperti original article, dan secondary article yaitu review, buku, atau guideline/konsensus. Kalau kita mencari penemuan atau teori baru maka cari dalam bentuk original article, editorial, survey, atau case report. Namun bila ingin mencari panduan klinis di lapangan maka cari dalam bentuk secondary article. Bentuk ini sudah dilakukan revisi dan penyesuaian melalui berbagai pertemuan ilmiah. Nah, lalu sesuaikan dengan tujuan kita membaca jurnal, kira-kira begini alur nya:



Kedua, lihat struktur artikel seperti judul, abstrak, introduksi, metode, hasil, diskusi, dan referensi. Namun jangan membaca urut dari awal sampai akhir, namun baca judul-kesimpulan pada abstrak dulu, atau bila tak ada abstrak, maka lihat judul dan kesimpulan pada akhir paragraf. Jika ada yang menarik atau dirasakan berguna, baru baca keseluruhan. Seperti ini alurnya:





Ketiga, membaca secara keseluruhan setelah disaring lewat algoritma tadi. Telaah betul per bagian seperti ini:

Introduksi: berisi tentang fakta yang ada, dan kenapa ada gap yang tertangkap oleh peneliti dengan yang ada di lapangan sehingga peneliti mau membahas/membuat penelitian ini. Tujuan dan hipotesis penelitian juga terdapat pada bagian ini.

Material and methods: disini peneliti menyibak data jumlah subjek, kriteria inklusi dan eksklusi, serta teknik pemeriksaan dan pengolahan.

Results: berisi detail hasil penetilian berupa tabel, bagan, atau grafik. Hasil dari statistik apakah signifikan atau tidak juga ada disini, walau nanti akan dibahas di bagian Discussion. Namun perlu diingat, signifikan secara statistik, belum tentu signifikan atau berguna secara klinis.

Discussion: bagian ini merupakan core dari artikel, dimana terdapat interpretasi dari analisis data, apakah terjadi perbedaan atau justru mendukung data penelitian sebelumnya. Disini peneliti akan menjawab kenapa terjadi hal tersebut dan akan dibandingkan dengan hasil penelitian lain. Perlu diingat, di bagian ini bisa saja hanya interpretasi si peneliti, tidak selalu fakta. Limitasi atau kekurangan dari penelitian sering disebutkan di bagian ini.

Conclusion: walau sudah ada di bagian abstrak, seringkali kesimpulan tidak disebutkan secara rinci. Membaca di bagian Discussion juga sering tersirat. Setelah membaca bagian ini pikirkan apakah kesimpulan itu logis atau reasonable, dan apakah dapat diterapkan di praktik sehari-hari. Apakah dari penelitian ini menjawab pertanyaan peneliti di awal atau sesuai dengan kebutuhan yang kita cari sebelumnya, atau ternyata, masih butuh penelitian pendukung.

Semoga dengan 3 cara simpel di atas dapat membantu anda dalam memahami jurnal ilmiah dan selalu update dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan klinis kedokteran.


Salaam


Reference: 
  • Druss BG, Marcus SC. Growth and decentralization of the medical literature: Implications for evidence‑based medicine. J Med Libr Assoc 2005;93:499‑501. 
  • Davidoff F, Haynes B, Sackett D, Smith R. Evidence based medicine. BMJ 1995;310:1085‑6. 
  • Subramanyam RV. Art of reading a journal article: Methodically and effectively. Journal of oral and maxillofacial pathology: JOMFP. 2013 Jan;17(1):65.

No comments: