Sistem Komplemen dalam Sistem Imun


Definisi Komplemen

Sistem komplemen pertama kali dideskripsikan pada awal 1880 sebagai sistem yang dapat menginduksi lisis bakteri dan sel darah merah. Dinamakan komplemen karena saat awal ditemukannya berupa protein yang belum teridentifikasi bersamaan dengan fraksi antibodi pada serum babi. Komplemen merupakan sistem yang terdiri atas sejumlah protein yang berperan dalam pertahanan host baik sistem imun spesifik maupun non spesifik. Sistem ini terdiri lebih dari 20 protein yang dinomori C1 sampai C9. Komplemen awalnya tidak aktif dan baru aktif jika ada bahan materi asing seperti LPS bakteri dengan tujuan tak lain untuk menhancurkan antigen tersebut. 

Aktivasi komplemen akan menghasilkan sejumlah molekul efektor yang mempunyai efek biologik seperti (1) lisis sel bakteri dan virus, (2) opsonisasi yang meningkatkan fagositosis partikel antigen, (3) pengikatan reseptor komplemen spesifik, inflamasi dan sekresi imunoregulator, (4) menyingkirkan kompleks imun dari sirkulasi dan mengendapkan di limpa dan hati. Efek tersebut lebih dapat dijelaskan dalam gambar berikut:


Gambar 1 Berbagai efek sistem komplemen


Aktivasi Komplemen

Ada 3 jalur aktivasi komplemen yakni jalur klasik, alternatif, dan jalur lektin. Jalur klasik melibatkan dibentuknya kompleks imun, dimulai dari antigen-antibodi, dan memerlukan interaksi dengan C2 dan semua komponen mayor. Reaksi IgM dan subkelas IgG mengaktifkan jalur klasik ini. Jalur alternatif dan jalur lektin diinisiasi oleh reaksi protein komplemen dengan molekul mikroba. Jalur alternatif diawali dengan pembentukan C3B spontan yang berikatan dengan permukaan aktif seperti dinding sel mikroba, sedangkan jalur lektin dimulai dari ikatan MBL dalam serum dengan permukaan patogen. Nantinya ketiga jalur ini akan memproduksi C3B dan C5B yang selanjutnya diubah menjadi MAC. Aktivasi ketiga jalur tersebut meninjukkan urutan kejadian yang menimbulkan kompleks molekuler yang dapat menimbulkan lisis sel. Untuk lebih jelasnya dapat lebih jelas digambarkan pada gambar berikut:







Gambar 2 Jalur aktivasi komplemen


Reseptor Komplemen

Aktivasi komplemen tersebut juga memproduksi fragmen komplemen yang akan diikat oleh reseptornya. Reseptor tersebut ditemukan pada beberapa jenis sel, misal C1qR ditemukan pada makrofag yang mengikat C1q yang berperan mengeliminasi antigen pada jaringan kolagen. Contoh lain adalah CR4 yaitu integrin yang mempunyai fungsi sama dengan CR3 yang diekspresikan pada makrofag jaringan. Efek interaksi reseptor dan ligan tergantung dari sel yang mengekspresikan reseptor tersebut.


Fungsi Biologis Komplemen

Komplemen memiliki banyak fungsi biologis, 3 fungsi utama diantaranya adalah fungsi inflamasi, opsonisasi dan fagositosis, serta lisis sel. Dalam sumber lain dikatakan fungsi lain dapat berupa pengerahan sel kemokin, fungsi adherens imun, eliminasi kompleks imun, aktivitas sitolitik, dan imunitas spesifik serta non spesifik. Sistem komplemen ini memerlukan kinerja mekanisme regulator yang kompleks baik pasif maupun aktif. Defisiensi salah satu komplemen akan menimbulkan kerentanan terhadap infeksi sampai kerusakan jaringan yang ditimbulkan kompleks imun.





Regulasi Aktivasi Komplemen

Aktivasi komplemen yang tidak terarah akan mengakibatkan lisis sel pejamu, ketidakseimbangan produksi mediator inflamasi, dan aktivasi sel B aberant. Pada setiap fase terdapat mekanisme kontraregulasi sehingga tidak akan terjadi reaksi yang berlangsung terus menerus yang akan merusak jaringan tubuh. Sistem yang kompleks ini diatur untuk mencegah aktivasi prematur dan aktivitas setiap produk. Berikut gambar yang dapat menjelaskan proses regulasi inhibisi komplemen.



Gambar 3 Regulasi Jalur Klasik 



Gambar 4 Regulasi Jalur Alternatif 



Gambar 5 Regulasi Jalur Lectin 


Referensi

Baratawidjaja KG, Rengganis I. Imunologi dasar. Edisi 10. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2012. p 179-95

Sullivan KE, Grumach AS. Middleton’s allergy: Principles and practices. 8th Ed. Elsevier Inc. 2014. p.121-3

Kumar, Vinay. Robbins and cotran pathologic basis of disease. 9th Ed. Elsevier. 2015. Chapter 3. p.69-111

No comments: