Infeksi Rubella


Etiologi


Rubella merupakan virus golongan famili Togaviride dengan genus Rubivirus. Rubella terdri dari struktur single-stranded RNA ukuran diameter 50-70 nm dan memiliki glikoprotein E1 dan E2 yang seperti spike. Kedua glikoprotein ini berfungsi untuk membantu endositosis dan membrane bound serta membentuk koneksi. Virus ini hanya berkembang daan menular dari reservoir manusia. Berikut adalah gambaran skematik dan foto mikroskopik elektron dari Rubella (Gambar 6 dan Gambar 7).12,13


Gambar  6 Skema struktur icosahedral simetris Rubella

Gambar  7 Foto mikroskopik elektron Rubella


Epidemiologi


Rubela masih merupakan masalah kesehatan yang penting di masyarakat. Rubella pada umumnya tidak berbahaya namun ketika menginfeksi fetus akan mengakibatkan cacat janin. Infeksi tersebut umumnya berlangsung pada trimester pertama pada saat pembentukan sistem organ. Congenital Rubella Syndrome atau disebut juga dengan CRS merupakan sekumpulan gejala berupa gangguan penglihatan (cataracts, microphthalmia, glaucoma, pigmentary retinopathy, chorioretinitis), gangguan pendengaran (sensorineural deafness), defek pada jantung (peripheral pulmonary artery stenosis, patent ductus arteriosus or ventricular septal defects), dan gangguan otak (mikrosefali). Di seluruh dunia Rubella masih menjadi masalah dimana pada tahun 1999 terdapat 900 ribu kasus menurun hingga tahun 2010 sebanyak 103 ribu kasus dan tahun 22012 sebanyak 94.000 kasus.3,14,15

Patofisiologi


Virus Rubella dapat menyebar melalui droplet respiratorik. Virus ini masuk dan menempel serta bereplikasi mulai di nasofaring dan menyebar ke limfonodus. Dari limfonodus masuk ke perdarahan dan terjadi viremia. Bila sedang hamil maka penularan bisa transplasenta dan meenyebar ke fetus, ke multipel sistem organ dan menimbulkan inflamasi sistemik. Infeki fetal ini biasanya kronik sampai setahun pasca kelahiran. Virus ini dapat menyebar sejak 7 hari sebelum rash dan 7 hari setelahnya. Rubella sering menjadi outbreak secara nosokomial.3

Manifestasi Klinis


Rubella menimbulkan tanda dan gejala sesuai dengan pola infeksinya. Pada acquired Rubella biasanya didapatkan rash makulopapular merata di seluruh tubuh, umumnya muncul onset 3 hari. Namun setengah kasusnya subklinis atau tanpa tanda rash. Pada penderita anak adanya rash merupakan tanda awal sedangkan pada dewasa berupa prodromal dan rash, demam tidak terlalu tinggi dengan malaise, kadang disertai infeksi saluran napas atas. Pada pemeriksaan KGB umumnya disertai pembesaran KGB oksipital dan postaurikular pada minggu kedua setelah eksposur. Keluhan lainnya berupa atralgia dan artritis.

Sedangkan Rubella kongenital berupa keguguran, kematian janin intrauterin, lahir prematur, atau lahir dengan cacat kongenital. Keliainan yang muncul berupa gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, dan defek pada jantung yang disebut dengan Congenital Rubella Syndrome (CRS). Adanya myelin oligodendrosit glikoprotein pada saraf dan jantung serta plasenta yang homolog dengan protein E2 pada Rubella diduga menjadi penyebab kenapa rusaknya pada sistem organ ini pada CRS.16 Berikut adalah manifestasi kutaneus pada anak dan pada wanita hamil (Gambar 8)




Gambar  8 Manifestasi kutaneus pasien anak (atas) dan dewasa hamil (bawah)


Diagnosis


Gejala Rubella sulit dibedakan karena mirip dengan penyakit lain disebabkan sebagian besar mild dan subklinis. Penyakit scarlet fever yang disebabkan bakteri Streptokokus grup A, dan roseola memiliki gambaran manifestasi kutan yang mirip namun lebih merah merata. Rubella kadang muncul tanpa rash dan hanya pembesaran KGB saja sehingga sulit dibedakan dengan toxoplasma atau penyakit dengan pembesaran KGB lainnya.

Diagnosis Rubella acquired dapat dilakukan berdasarkan serologi IgM antibodi Rubella pada fase akut atau kenaikan titer 4x pada IgG antara fase akut dan konvalesens. IgM ini dapat bertahan hingga minggu ke 6 onset penyakit. Bila didapatkan hasil negatif pada hari ke 5 setelah onset rash maka perlu cek ulang. IgG di cek pada hari ke 7-10 onset gejala dan hari ke 14-21 fase konvalesens. Virus Rubella dapat pula dideteksi dengan RT PCR dengan bahan dari darah atau swab tenggorok pada fase prodromal, sebaiknya sebelum hari ke 4 setelah onset rash. Diagnosis Rubella kongenital bisa mulai dicurigai pada bayi yang lahir dengan sindrom CRS, yang dijumpai pada 10% pasien yang positif Rubella. Terkadang gangguan yang muncul hanya pada pendengaran saja. IgM antbodi dapat terdeteksi sampai 6 bulan setelah lahir sampai 1 tahun. Sedangkan IgG di darah bayi (yang berasal dari Ibu) seharusnya turun 2 kali lipat tiap bulan. Bahan selain darah dapat digunakan urin atau CSF atau swab tenggorok. Bahan dari darah dapat diperiksakan RT PCR.

IgG dapat digunakan sebagai skrining pada wanita hamil dan bila positif berarti sudah imun. Adanya IgM positif dan atau IgG naik 4x lipat dari titer saat akut dengan konvalesens berarti positif terinfeksi Rubella. Infeksi pada trimester pertama berisiko 90% janinnya tertular sedangnya makin besar trimesternya semakin kecil risiko terinfeksinya.3,13


Gambar 9 Manajemen Rubella pada wanita hamil

Tatalaksana


Tatalaksana utama infeksi Rubella adalah simtomatik sesuai gejalanya. Pencegahan adalah langkah terbaik, yaitu dengan skrining. Pemberian imunoglobulin hanya untuk wanita hamil yang tidak ingin terminasi. Pemberian secara intramuskular sebanyak 20cc imunoglobulin 72 jam setelah eksposur Rubella namun tidak mengeliminasi risiko Rubella. Vaksin MMR (measles, mumps, rubella) diberikan untuk pencegahan. Pada wanita hamil diberikaan MMR setelah melahirkan.3


Referensi

3.           Anthony S. Fauci, Eugene Braunwald, Dennis L. Kasper, Stephen L. Hauser, Dan L. Longo, J. Larry Jameson JL, editor. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 19th ed. New York: McGraw Hill Professional; 2015

12.         Petruzziello R, Orsi N, Macchia S, Rieti S, Frey TK, Mastromarino P. Pathway of rubella virus infectious entry into Vero cells. J Gen Virol. 1996;77(2):303–8.
13.         Lambert N, Strebel P, Orenstein W, Icenogle J, Gregory A. Rubella. Lancet. 2016;385(9984):2297–307.
14.         Berger BE, Navar-Boggan AM, Omer SB. Congenital rubella syndrome and autism spectrum disorder prevented by rubella vaccination-United States, 2001-2010. BMC Public Health. 2011;11(1):340.
15.         Cong H, Jiang Y, Tien P. Identification of the myelin oligodendrocyte glycoprotein as a cellular receptor for rubella virus. J Virol. 2011;85(21):11038–47.
16.         Uhlen M, Oksvold P, Fagerberg L, Lundberg E, Jonasson K, Forsberg M, et al. Towards a knowledge-based human protein atlas. Nat Biotechnol. 2010;28(12):1248.