Skrining Tuberkulosis, Interpretasi Tes Mantoux PPD, dan tes IGRA




Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit endemik di Indonesia. Dulu yang kita baca saat masih sekolah dasar, Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi berat dan menular dimana penderitanya perlu diasingkan di tempat yang bernama sanatorium.

Saya waktu kecil pun bertanya dimana sanatorium? Tak satupun keluarga saya yang tahu. Paling banter dulu dibilang di pedesaan puncak gunung karena sanatorium digambarkan tempat sejuk yang jauh dari perkotaan. Guru pun waktu itu hanya mengajari teori saja, tidak bersifat menjelaskan secara gamblang.

Saat ini Tuberkulosis merupakan penyakit yang seringkali ditemui bahkan pada masyarakat elit sekalipun. Kalau dulu sering pada pasien dengan riwayat kontak keluarga, sekarang ini banyak yang tidak diketahui tertular dari mana.

Oleh karena itu skrining Tuberkulosis merupakan suatu hal yang penting. Namun apakah semua orang perlu dilakukan skrining?

Skrining Tuberkulosis hanya dilakukan pada populasi berisiko tinggi dan populasi ber-prevalensi tinggi.

Lho bedanya apa?

Populasi berisiko tinggi adalah sekumpulan orang yang memiliki risiko mudah terkena Tuberkulosis dikarena faktor kondisi dirinya sendiri. Populasi ini mungkin sudah terinfeksi dan berpotensi progresif menjadi infeksi aktif. Contoh populasi ini adalah pasien HIV positif, dalam kondisi imunosupresif (diabetes tak terkontrol, gagal ginjal, perokok, malnutrisi, pasien kanker, pasien transplant organ, pengguna obat agen biologis, gastrektomi, dan kontak dekat dengan penderita TB aktif). Pasien HIV saat ini sudah menjalani skrining dengan tes PPD sebagai evaluasi awal dan diulang setiap tahunnya.

Sedangkan populasi ber-prevalensi tinggi adalah sekumpulan orang yang kemungkinan terekspose dan terinfeksi. Hal ini disebabkan hubungannya dengan kondisi eksternal seperti imigran dari daerah endemik, tunawisma, pengguna narkoba suntik, penghuni lapas atau penjara, dan orang yang dekat dengan penderita TB aktif.

Bagaimana melakukan skrining nya?

Yakni dengan melakukan tes Mantoux tuberkulin (dengan Purified Protein Derivative, atau disingkat PPD). Tes Mantoux diberikan injeksi 0.1 mL secara intradermal atau intrakutan.

Setelah diinjeksi maka akan membentuk lesi yang harus dibaca dalam 48-72 jam.

Cara membaca atau interpretasi hasil tes Mantoux yaitu dengan mengukur diameter maksimal indurasi yang teraba.


Read more...

No comments: