Urtikaria & Angioedema


Overview
Urtikaria dan angioedema dapat terjadi bersamaan atau tersendiri. Urtikaria melibatkan lapisan kulit dermis superfisial seperti bercak-bercak berbatas tegas dan agak tinggi serta pucat di bagian tengah. Angioedema melibatkan dermis dalam (deep layer) bisa sampai jaringan subkutan.

Patofisiologi
Karakteristik berupa pembentukan edema masif di dermis dan jaringan subkutan (pada angioedema). Edema timbul karena peningkatan vasopermeability oleh mediator inflamasi yang dihasilkan oleh sel mast atau kumpula sel inflamasi lainnya.

Diagnosis
Terdapat riwayat terekspose bahan/zat tertentu atau asupan makanan. Pertimbangkan pula jangka waktu munculnya lesi. Vasculitic urtikaria bertahan lebih dari 72 jam, sedangkan urtikaria pada umumnya berlangsung <48 jam.

Diagnosis dapat ditegakkan pula dengan:
  • skin test terhadap makanan atau inhalant agent
  • tes provokasi dengan getaran atau cold stimulant
  • tes laboratorium, namun di Indonesia amat jarang dilakukan
  • skin biopsi (ini juga amat jarang dilakukan)

Diagnosis Banding
Dapat dipikirkan bila menemui urtikaria, yaitu dermatitis atopik, dermatitis kontak, cutaneus mastocytosis, atau mastocytosis sistemik.

Pencegahan
Satu-satunya pencegahan yang paling efektif yaitu dengan mengidentifikasi dan menghindari pencetus.

Tatalaksana
Atasi dengan H1-antihistamin seperti chlorpheniramine sampai dosis 24 mg PO/hari, diphenhydramine 25-50 mg PO/hari, atau dengan yang non-sedating seperti loratadine 10 mg PO/hari, cetirizine 5-10 mg PO/hari.

H2-antagonist juga dapat memberikan efek tambahan baik, namun jarang dilakukan. Penggunaan Leukotriene-receptor antagonist dapat diberikan, namun jarang ditemukan di Indonesia. Glukokortikoid topikal tidak berguna dalam mengatasi urtikaria dan angioedema.



Sumber: Harrisson Manuals of Medicine




No comments: