Pencegahan Konstipasi


"BAB macet? Kurang serat niih...." atau
"BAB lancar...terasa longgaaaaarrr...."

Begitu kiranya bunyi salah satu iklan di televisi tentang produk yang mengklaim dapat mengatasi keluhan sulit BAB. Tapi apakah benar dengan meminum produk itu sekali dua kali dapat segera teratasi keluhannya? Atau bahkan dapat mengurangi berat badan dan membuat langsing? Apakah keluhan sulit BAB harus diatasi dengan obat atau cukup dengan olahraga saja?

Sulit BAB atau lazimnya disebut konstipasi, merupakan suatu keluhan, bukan merupakan diagnosis atau nama sebuah penyakit. Konstipasi sulit didefinisikan secara tegas karena terdapat variasi dalam keluhannya pada setiap individu. Konstipasi sering kita artikan dengan kurangnya frekuensi BAB, biasanya kurang dari 3x per minggu dengan feses kecil-kecil dan keras, serta kadangkala disertai kesulitan sampai rasa sakit saat BAB.


Konstipasi secara klinis artinya ditemukan sejumlah besar feses memenuhi ampula rektum pada pemeriksaan colok dubur, dan atau timbunan feses pada kolon, rektum, atau keduanya yang tampak pada foto polos perut. Menurut Holson, konstipasi meliputi minimal 2 keluhan dan terjadi dalam waktu 3 bulan:

  • Konsistensi feses yang keras
  • Mengejan dengan keras saat BAB
  • Rasa tidak tuntas saat BAB, meliputi 25% dari keseluruhan BAB
  • Frekuensi BAB 2x seminggu atau kurang
Pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab konstipasi dapat dilakukan di klinik. Diantaranya yang paling mudah dan paling murah yaitu foto polos, untuk mendeteksi adanya impaksi feses yang dapat menyebabkan sumbatan dan perforasi kolon. Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan yaitu darah perifer lengkap, glukosa dan elektrolit, CEA, anuskopi, atau pemeriksaan lain yang lebih canggih sesuai indikasi.

Langkah pertama mengatasi konstipasi adalah dengan melakukan modifikasi gaya hidup dan latihan usus besar. Modifikasi yang dimaksud adalah dengan melakukan olahraga dan aktivitas harian secara teratur, asupan cairan (8-10 gelas air per hari) dan serat cukup (25-30 mg/hari).

Latihan usus besar yang dimaksud adalah memanfaatkan gerakan usus besar (gastro-kolon) yang muncul biasanya 5-10 menit setelah makan. Gerakan usus besar ini memudahkan pasien saat BAB sehingga tak perlu mengejan terlalu keras. Pasien diharapkan tanggap munculnya gerakan ini dan memanfaatkannya tanpa menahan atau menunda dorongan untuk BAB.

Jika modifikasi perilaku kurang berhasil maka barulah perlu ditambahkan dengan terapi farmakologi. Biasanya dipakai obat-obatan golongan pencahar dengan cara kerja sebagai berikut:
  • memperbesar dan melunakkan massa feses
    • cereal
    • methylselulose
    • Psyllium
  • Melunakkan dan melicinkan feses
    • minyak kastor
    • golongan docusate
  • golongan osmotik yang tidak diserap
    • sorbitol
    • lactulose
    • glyserin
  • Merangsang peristaltik
    • bisakodil
    • fenolptalein
Sepanjang praktik di klinik, obat-obatan yang merangsang peristaltik adalah jenis yang paling sering digunakan. Penggunaan obat ini bila berlebihan akan menyebabkan diare dan dehidrasi. Obat jenis lain biasanya terkandung dalam kemasan-kemasan produk "anti BAB macet" tertentu.

Bila dijumpai konstipasi kronis yang berat dan tidak dapat diatasi dengan cara-cara di atas, maka dibutuhkan tindakan pembedahan terutama bila terdapat sumbatan atau volvulus.



Dikutip dan diedit dari:
Pedoman Pelayanan Medis RSCM Jakarta








No comments: