Dermatitis Atopik


Infant Eczema. Sumber: webmd.com
Definisi

Dermatitis atopik merupakan penyakit kulit berupa peradangan kronik yang bersifat hilang timbul, ditandai dengan rasa gatal, kulit kering, peradangan, dan eksudasi. Dermatitis atopik dapat terjadi paling sering berhubungan dengan fungsi sawar kulit yang terganggu, sensitisasi alergen, peningkatan kadar serum IgE, dan riwayat atopi (rinitis alergi, asma bronkial, dermatitis atopik) pada diri sendiri atau keluarga kandung.

Klasifikasi
  • berdasarkan fase: infantil, anak, dewasa
  • berdasarkan perjalanan lesi: akut, subakut, kronik
  • berdasarkan derajat keparahan: ringan, sedang, berat, dengan atau tanpa penyulit

Kriteria Diagnosis

Diagnosis dermatitis atopik lebih banyak didasarkan dari klinis. Pemeriksaan penunjang tak bisa dijadikan dasar, hanya menunjukkan kadar serum IgE meningkat pada 70-80% dermatitis atopik, dan hapusan darah menunjukkan eosinofilia. Kriteria klinis yang dimaksud:
  • Fase infantil (0-2 tahun): adanya makula eritematosa yang gatal di daerah kedua pipi, leher, ekstremitas ekstensor, fosa kubiti, fosa poplitea, simteris, bersifat akut, dapat diikuti dengan lesi papulovesikuler yang bila pecah menjadi basah dan membentuk krusta.
  • Fase anak (2-12 tahun): di fosa kubiti, fosa poplitea (dapat meluas), simetris, bersifat subakut sampai kronik, bekas garukan dapat menyebabkan erosi luas dan ekskoriasi.
  • Fase remaja dan dewasa (usia >12 tahun): bersifat kronik, hilang timbul, hiperpigmentasi, hiperkeratosis, likenifikasi, terutama di ekstremitas ekstensor dan tengkuk, biasanya simetris.
  • Dermatitis atopik rekalsitran: kekambuhan terjadi >6 kali dalam setahun, kurang/tidak responsif terhadap kortikosteroid topikal, biasanya lebih luas dari tempat predileksi, dapat terjadi generalisata.
  • Lesi kulit akut: gatal hebat, papul eritematosa, ekskoriasi, vesikel dengan dasar kulit eritematosa, eksudat serosa.
  • Lesi kulit subakut: papul eritematosa, skuama, ekskoriasi.
  • Lesi kronik: plak tebal, likenifikasi, papul fibrotik.

Diagnosis Banding
  • Dermatitis seboroik (fase infantil)
  • Dermatitis numularis (fase anak/dewasa)
  • Dermatitis kontak (alergik dan iritan)

Tatalaksana

Tatalaksana dermatitis atopik meliputi medikamentosa dan non-medikamentosa.
  • Non-medikamentosa: menghindari pencetus, perawatan kulit (dengan pelembab), dan suportif terhadap stres yang dihadapi.
  • Medikamentosa: selalu tentang 3 prinsip:
    • mengurangi pruritus
    • menekan inflamasi
    • menjaga hidrasi kulit

Terapi topikal yang dapat digunakan diantaranya:
  1. Steroid potensi lemah sampai sedang (untuk anak), sedang sampai kuat (untuk dewasa). Penggunaannya secara intermiten bila diperlukan atau 2 kali per minggu pada daerah yang telah sembuh.
  2. Inhibitor kalsineurin (pada dermatitis atopik yg sering kambuh, atau bila steroid topikal tak dapat dipakai/ingin dikurangi):
    • dermatitis ringan-sedang: pimecrolimus 1% (usia 2 tahun ke atas)
    • dermatitis sedang-berat: tacrolimus 0,03% (usia 2-16 tahun), tacrolimus 0,1 % (usia 17 tahun ke atas)
  1. Emolien (kaya seramid)
  2. Wet dressing (pada lesi kronik atau refrakter)
  3. Ter (pada lesi likenifikasi), sampo ter
  4. Foto terapi UV A atau B

Terapi sistemik diantaranya:
  1. antihistamin sedatif (lebih dianjurkan pada bayi dan anak-anak), atau non-sedatif (adjuvant saja, bila gatal sangat mengganggu)
  2. Antibiotik bila ada infeksi sekunder oleh bakteri
  3. Steroid pemberian singkat (pada dermatitis atopik eksaserbasi akut/ kronik berat/luas, rekalsitran)
  4. Siklosporin-A: khusus dermatitis atopik berat
  5. Antimetabolit: mofetil, metotreksat, azatioprin

Tindak Lanjut

Dermatitis Atopik Tanpa Penyulit
Pemantauan efek samping pemakaian steroid topikal jangka panjang, penggunaan pelembab untuk hidrasi, dan menghindari pencetus

Dermatitis Atopik Dengan Penyulit
Pemantauan efek samping pemakaian steroid topikal jangka panjang, penggunaan pelembab untuk hidrasi, menghindari pencetus, obat lini dua, evaluasi diagnosis dan terapi

Pemantauan hasil uji tusuk aeroalergen (kutu debu rumah) dan alergen susu sapi. Bila sangat dibutuhkan maka dilakukan uji DBPCF, bekerjasama dengan superspesialis alergi anak.

Sumber: 

  • Leung DYM. Eichenfield LF, Boguniewicz M. Atopic dermatitis (Atopic eczema). Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Kats SI, Glichrest BA, Paller AS, Leffel DJ, editor: Fitzpatrick's Dermatolology in General Medicine. Edisi ke-7. New York: Mc Graw-Hill; 2008.h.146-58. 
  • Burns T, Breathnacs S, Cox N, Griffiths C, editor. Dalam: Rook's Textbook of Dermatology. Edisi ke-7. Oxford: Blackwell Science, 2004. 
  • Elis C, Luger T. International Concensus Conference on Atopic Dermatitis II (ICCAD II). British J Derm. 2003: 148(S63). 
  • Moschella SL, Hurley HJ, editor. Dalam: Dermatology. Edisi ke-3. Philadelphia: WB Saunders Co, 1992. 
  • Paller AS, Mancini AJ, Hurwitz S. Clinical Pediatric Dermatology. A textbook of skin disorder of childhood and adolescene. Edisi ke-3. Philadelphia: WB Saunder Company, 2006. 
  • Kunz BIF, Ring J. Clinical features and diagnostic criteria of atopic dermatitis. Dalam: Harper J, Oranje A, Prose N, editor. Textbook of Pediatric Dermatology. Edisi ke-2. Oxford: Blackwell Science; 2006, h.227-75.